Tuesday, November 22, 2011

Allah mengajarkan Cinta....



Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta
Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya
Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,
satu jam bersama serasa satu menit saja

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran


Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki

( semoga kita dapat memahami arti cinta yang hakiki,
sebuah cinta yang menyembuhkan...... bukan menyakiti,
sebuah cinta yang membuatmu bahagia .... meski kadang waktu tak berpihak untuk dapat saling memiliki )

Monday, November 21, 2011

Kecil Hati....



“Mengecilkan hati orang adalah berdosa, berkecil hati juga adalah berdosa. Tetapi lebih besar dosanya jika kita berkecil hati”
... I’m so confused...
Kenapa orang kecilkan hati kita, kita pulak yang berdosa?
Then I asked my dad what’s that mean.
Ayah: Jika seseorang hina kita, dia berdosa. Jika kita terasa hati dgn penghinaan dia, kita juga berdosa. Tetapi dosa kita lebih besar dari dosa dia.
Anak: Uiikk... Tapi kenapa pulak? Kita tak buat apa-apa pun?
Ayah: Kerana orang yang menghina kita itu adalah peringatan daripada Allah.
Anak: *blur
Ayah: Kenapa kita dihina oleh orang tu? Kerana itu adalah ujian dari Allah. Kenapa Allah hadiahkan kita ujian itu? Kerana DIA nak mengingatkan diri kita yang dah leka dengan dunia. Bila kita berkecil hati dengan orang tersebut, bermakna kita tak redha dengan ujian yang Allah turunkan. Kesimpulannya, kita bukan kecil hati dengan orang, tapi kecil hati dengan Allah.
Anak: Ooooooo... Ook...
Ayah: Lagi parah bila kita pun cerita pada kawan-kawan kita. “Dia dah banyak buat aku macam ni, macam tu…” dan sebagainya. Dan kawan-kawan kita pula akan cerita pada kawan-kawan lain. “Kesian kawan kita tu.. budak tu dah banyak sakitkan hati dia…” jadi keredhaan kita terhadap ujian Allah itu akan lesap.
Anak: *termakan cili
So, the conclusion is... Jangan mudah terasa hati...
Maknanya kita tak redha dengan Allah...
Nanti Allah pun tak redha dengan kita... Na’uzubillah.
P/s: "Sebenarnya, setiap kali orang memuji kamu... Seharusnya kamu rasa malu. Ucaplah astaghfirullah al-azim kerana orang memuji kamu disebabkan Allah S.W.T telah menutup aib dan kelemahan kamu."

Sedarlah Wahai Diri...



Mari sejenak merenung dan berfikir
setiap kali kita tebangun dari tidur
Hanya kalimat Syukur yg terucap dari bibir
Kerana Allah masih memberi kesempatan menatap fajar..
dan merasai hembusan bayu pagi yg menyusup celah jendela
kita merasakan,Tak ada yg berbeza
Semuanya masih seperti sediakala
Kemudian kita teruskan langkah kehidupan
dan berdoa dengan harapan agar selamat sampai tujuan
Dengan bimbingan-Nya kita tidak pernah salah melangkah
Tidak melihat yg dilarang, tak menjamah yang tidak halal
Tidak menjamah yg bukan hak, dan tidak mendengar yang batil
Sedar atau tidak setiap waktu yg dilalui
Pasti akan diminta pertanggung jawabannya nanti
dan semua liku-liku perjalanan yg telah kita lalui
Begitu juga seluruh panca Indera yang telah kita miliki
akan berbicara apa adanya tanpa sedikitpun ditutupi
Setiap hari menangis dan memohon redha-Nya
tetapi setiap hari juga melakukan kesalahan yg sama
Hari ini berbuat dosa,esok sibuk bersujud, meluluhkan air mata
menyusun kalimah doa,menganyam permohonan
semoga Allah menghapuskannya
Sahabat, Jangan bertangguh lagi. Boleh saja sedetik kemudian
Kita tak lagi sempat memohon Ampun atas dosa yg kita lakukan
Lupakah kita bahawa waktu begitu cepat berlalu tanpa kita sedari
Lupakah kita bahwa menyesal di akhirat sedikitpun tidak bererti
Bagaimana Jika hari esok tak pernah tiba?
Padahal seharian berenang dilautan dosa
Dan belum sempat meminta ampunan kepada-Nya
Bagaimana Jika mata ini tak terbuka setelah sepanjang malam terlelap?
Bagaimana jika keriangan bersama keluarga semalam
adalah yang terakhir kalinya. Ketika esok hari Roh itu
menangis bersedih melihat jasad yg terbujur kaku berselimut putih
Jasad yg penuh dosa, penuh kemunafikan kepada tuhan dan manusia
Banyak manusia yang takut kepada Tuhan
setelah melihat dosa yg dilakukan orang lain
Tetapi tidak melihat dosa2 yang dilakukan sendiri.
Siapa di antara kita yang kuat menahan malu,
andai tahu senarai kesalahan, kederhakaan, kemaksiatan
dan pelanggaran yang telah kita lakukan?
Siapa di antara kita yang mampu menahan rasa hina
jika mengetahui catatan perilaku buruk yang sudah kita lakukan?
Hidup yang kita lalui ini terlalu singkat.
Tetapi siapa yang kuat menahan penyesalan akibat keburukan
dan dosa yang kerap kita lakukan berulang-ulang?
Wahai sekalian hamba Allah yg maha kuasa
Mari tadahkan tangan, kita sama-sama berdoa
Ya Allah, jadikan kedudukan batinku
lebih baik dari pada kedudukan lahirku
Aku berlindung dari menganggap diriku besar
tapi engkau menganggapku begitu kecil, ya Ghoffar..
YA Allah
AKU BERLINDUNG DENGAN RiDHA-MU DARI KEMURKAAN-MU
AKU BERLINDUNG DENGAN MAAF-MU DARI AZAB-MU"
Amin, Ya Rabbal 'alamin..
Dari seorang hamba kepada TuhanNya...

Sunday, November 20, 2011

Cinta Kerana Allah....



"Hari ni, saya menang pertandingan pidato di sekolah. Esok, saya ...ada lagi pertandingan bahas. Lusa pula, ada persidangan di UIA. Awak jaga diri sementara saya takde ye? Bukan saya tak nak mesej, tapi saya sibuk. Jangan tinggal solat."
Hafiz membaca mesej itu dengan perasaan berbunga. Wardah, gadis yang memang disayanginya dari dulu lagi. Wardah, bagi Hafiz memang sesuai dengan namanya. Wardah memang sekuntum mawar nan indah. Harum mewangi. Sukar didekati dan indah di hati.Namun Hafiz tidak pernah bertemu Wardah. Sekadar mendengar suaranya yang lunak dan bisa menggugat hati. Bukan dia tidak berkeinginan untuk bertemu, namun tempat tinggal mereka sangat jauh. Mereka berkenalan melalui seorang kawan pada dua tahun lepas.
Wardah tersenyum. Selama 2 tahun perkenalan mereka, Hafiz menjadi permata hatinya. Wardah memang seorang wanita solehah. Namun perkenalannya dengan Hafiz menjadi titik tolak perubahannya. Dia lupa makna zina hati yang dia laungkan pada tazkirah di sekolah. Dia lupa pesan ustazah agar jangan bercinta pada usia muda, tambahan lagi untuknya yang masih bersekolah. Apatah lagi dia akan menduduki peperiksaan besar SPM pada tahun itu.
“Wa, aku tengok kau dah lain. Kau dah pandai layan lelaki kan? Aku tahu kau sukakan Hafiz tapi ingatlah Wa, cinta sejati hanya pada Allah,” Ujar Fiza, sahabat Wardah pada suatu hari
“Fiza, aku kan masih solat? Lagipun kami berpesan-pesan ke arah kebaikan. Seperti yang dianjurkan Islam,” Balas Wardah, agak teruji.
“Aku rasa kau dah salah konsep, Wa. Dah habis ke perempuan kat sekolah ni? Ramai lagi aku tengok yang tudung ‘pakai buka’, berkepit dengan jantan sana sini, kau tak nak berpesan-pesan ke arah kebaikan untuk tu ke Wa? La taqrabuzzina, janganlah kau mendekati zina. Wa!”
“Aku harap kau janganlah masuk campur. Soal zina, tak perlu kau ingatkan aku. Aku dah cukup faham maksud itu. Kami tak pernah bertemu. Macam mana kami berzina?”
“Kau dulu pernah beri tazkirah soal zina hati. Takkan lupa? Bila hati saling mengingati, aku tengok kau dah lalai! Lagipun, Allah larang kita mendekati zina, bukan melakukan zina. Kau belum terlewat untuk bertaubat. Lupakanlah Wa, apa tak cukupkah Allah sebagai kekasih kau? Dia yang menemani kau siang malam, Yang Maha Mendengar setiap luahan hati?”
Wardah terdiam. Namun baginya ungkapan Fiza hanya mencurah air ke daun keladi. Dia ingin Hafiz menjadi miliknya!



Hafiz menikmati makan malamnya dengan lahap. Hari ini kepenatan menjeratnya kerana terlalu sibuk dengan tugas kepimpinan di sekolahnya. Namun, Hafiz bersyukur diberi peluang sebegitu. Dia tidak mengeluh dengan tugasan seperti itu. Baginya, segala-galanya adalah tanggungjawab yang diamanahkan. Dan tugasnya adalah sebagai pelaksana.
Mungkin hari-hari Hafiz tidak seindah ini jika Wardah tidak menemani hidupnya. Walaupun Hafiz menyedari hakikat bahawa mereka menghampiri zina, Hafiz sentiasa terpukau dengan janji manis Wardah bahawa mereka hanya berkawan. Namun perasaannya sukar ditepis sama sekali. Dia manusia biasa yang tidak mampu menafikan perasaan cinta yang mula bertunas dalam hati.
Telefon hafiz berdering.
Pantas Hafiz menggapai telefon bimbit di meja. Panggilan dari Wardah
“Hafiz?”
“Ya, saya,”
“Awak sayang saya?”
“Emm, kenapa awak tanya?”
“Saya tanya sebab nak awak jawab,”
“Wardah, awak perempuan terbaik yang saya kenal. Tak mungkin tiada perasaan cinta saya terhadap awak,”
“Awak cintakan saya?”
“Ya, saya cintakan awak,”
Dan malam itu menjadi saksi antara dua jiwa itu. Sesungguhnya begitulah syaitan merasuki kita, secara terang-terangan ia bukanlah cinta yang hina, namun menjebakkan dua insan itu ke alam yang melalaikan.
“Aku nampak semalam kau keluar dengan Ina?” soal Hafiz curiga. Perbuatan sahabatnya, Aiman, menggugat ketenangan dan kewibawaannya sebagai seorang sahabat karib.
“Jadi?” Aiman seolah-olah mencabar Hafiz.
“Aku tak suka. Perkara tu Allah larang,”
“Hafiz, Hafiz! Mentahnya pemikiran kau. Macam mana pula soal hubungan kau dengan Wardah? Kau ingat aku tak tahu? Habis, yang kau bercinta dengan dia tu? Ada Allah suruh?”
“Aiman, kami bercinta cara Islam. Sekurang-kurangnya lebih baik daripada engkau!”

“Ahh, bercinta secara Islam. Kenapa ramai yang kabur dengan persoalan itu? Bukankah itu tipu daya syaitan. Walaupun aku dengan Ina, aku dan dia tidak hipokrit macam kau! Ketua pengawas apa kau ni? Sebelum kau kata baju orang lain kotor, tengok baju sendiri, itu nasihat aku!” kata Aiman berang sambil berlalu pergi.
Hafiz tertunduk di situ, di sebuah taman berhampiran rumahnya. Dia menundukkan kepalanya. Perlahan-lahan, dia berjalan pulang. Dalam perjalanannya, dia bermuhasabah. Ya Allah, dosakah aku? Aku marah apabila sahabatku menghampiri zina namun aku juga begitu! Aku ke surau namun aku juga menghampiri lembah syaitan. Manusia apakah aku?
Malam itu Hafiz bertahajud. Bermunasabah dan merenungi segala dosa-dosanya. Bagaimana suara Wardah yang mencairkan hatinya, dan bagaimana dia asyik melayari alam percintaan dengan Wardah. Dia senang begitu, bermunajat sendirian dan mengadu pada Allah. Biasanya pada malam-malam begitu masanya dihabiskan dengan menelefon Wardah hingga lewat pagi. Namun malam itu dia selesa menutup telefonnya dan menyerah pada Allah. Malam itu juga dia harus membuat keputusan.
“Eeesh! Mana Hafiz ni! Biasanya dia telefon aku, ni, mesej pun takde! Telefon pulak off! Dia ada perempuan lain ke?” rungut wardah sendirian. Hatinya gelisah. Walaupun jam menunjukkan pukul empat pagi, namun dia setia menunggu Hafiz. Dia mahu tunjukkan pada Hafiz bahawa dia gadis yang sabar, mungkin, Hafiz mempunyai urusan yang perlu diselesaikan.
Tiba-tiba telefonnya berbunyi. Dia menerima mesej daripada Hafiz.
“Wa, jangan tipu saya lagi! Cukup sampai di sini hubungan kita!”
Wardah terkesima. Dia buntu, apa yang Hafiz maksudkan? Perlahan-lahan, dia membalas mesej itu.
“Apa maksud awak? Awak tak sayang saya?”
“Sudahlah Wa. Pergilah dari hidup saya. Saya tak perlukan perempuan macam awak lagi!”
Wardah mula menitiskan air mata apabila mesejnya tidak dibalas. Dia beberapa kali menelefon Hafiz tetapi tidak berjawab. Kali ini dia pasti, Hafiz akan meninggalkannya tanpa sebab!
3 bulan berlalu dengan perit. Wardah sedaya upaya melupakan Hafiz. Setiap hari Wardah memeriksa peti emelnya sejak Hafiz memadam telefonnya. Hafiz pasti akan meninggalkan sesuatu! Hafiz bukan sejahat lelaki lain. Wardah tahu itu semua.
Hinggalah pada suatu hari, Wardah memperoleh berita yang dinanti-nantikan. Terketar-ketar jarinya tatkala membuka emel yang bertajuk ‘Nota Cinta’ itu…



Subject:
Nota Cinta
From:
“Hafiz Haikal”
To:
wardah@yahoo.com
Assalamualaikum...
Kehadapan Wardah, mawar yang dirahmati Allah
Mungkin semasa awak membuka emel ini perasan awak sangat jelik, benci, kecewa dan banyak lagi terhadap saya.Saya faham itu semua, tapi apa saya harus buat, ini saya lakukan semua untuk mencari redha Allah. Saya pun tak tahu nak mula dari mana, tapi saya harap awak faham apa yang saya tulis.
Sebenarnya mesej yang saya hantar pada pagi itu memang dirancang. Mesej itu sengaja saya reka untuk saya jauhkan perasaan cinta saya kepada awak. Mungkin awak terkejut dengan sikap saya, tapi ada makna di sebalik semua tu.
Sebab utama saya hantar mesej macam tu sebab nak biar awak benci kat saya dan menjauhkan diri dari saya. Kenapa saya nak jauhkan diri dari awk?.. Selama kita menzahirkn rasa cinta dan sayang semenjak tu la hati saya rasa lain. Untuk pengetahuan awak bila saya lafaz sayang dan cinta kepada awak dan awak pula membalasnya saya terasa jiwa saya jauh dari Allah, nafsu syahwat saya naik, rasa ke arah maksiat tu ada walaupun kita tak pernah bersua. Agak remeh kan kalau orang lain baca, tapi untuk saya yang mempunyai iman yg rendah macam2 boleh jadi kat saya. Mungkin awak sebagai wanita tak rasa keadaan begitu tapi saya seorang lelaki memang menyebabkan saya lemah. Saya takut akan Allah, kekadang saya nasihatkan kawan saya jangan buat benda 2 tapi saya buat jugak. Orang pandang saya selalu pakai songkok kat sekolah macam alim, pergi masjid tapi buat benda tu, tak ke saya ni munafik?
Saya sedar apa yang saya buat mendukacitakan hati awk. Hati mana yang boleh terima difitnah begitu. Tapi bila saya buat begitu saya juga rasa berdosa sebab memfitnah wanita yang solehah. tapi apa kan daya desakan hati.
Awak memang wanita hebat, setiap kali awak menceritakan kejayaan awak memang saya cemburu. Kekadang saya fikir kenapa saya tak boleh jadi macam awak. Tapi saya tetap bersyukur dapat kawan dengan awak. Serius saya katakan awak sahajalah kawan wanita yang paling rapat dengan saya, yang lain cuma kawan biasa, jarang saya berhubung dengan mereka.
Untuk terakhir sekali, perasaan cinta dalam diri saya terhadap awak memang tertanam dalam hati saya, sebab awak cinta pertama saya. Saya tak pernah bercinta. Masalah yang saya hadapi sekarang mcm saya katakan di atas tu la. Walaupun agak remeh tapi saya pandang serius terhadap benda ni. Sebab Allah tak redhai sebuah hubungan selain daripada pernikahan. Saya harap dengan penjelasan saya awak akan faham lebih-lebih lagi awak belajar dlm aliran agama. Sekiranya kita ada jodoh tak kan ke mana. Itu janji Allah.
Wassalam..
Ikhlas dari hamba yg mencari redha Allah:
HAFIZ HAIKAL
Malam itu Wardah bersujud, pada Allah dia serahkan diri… Hari-hari dilaluinya dengan redha, tanpa rasa dendam sedikitpun terhadap Hafiz. Nota cinta Hafiz telah mengubah hidupnya. Hinggalah Wardah memperoleh keputusan cemerlang dalam peperiksaannya dan Berjaya melanjutkan pelajaran dalam bidang perubatan di Universiti al-Azhar, Mesir.
Wardah merenung jauh ke Tasik Titiwangsa yang damai itu. Dilihatnya pasangan-pasangan muda berpegangan tangan tanpa segan-silu. Dia bermuhasabah dalam hati. Andai satu ketika dulu dia hanyut dibuai cinta dengan Hafiz, pasti gelaran doktor pakar mustahil disandangnya. Sejenak dia memikirkan kata-kata Umminya semalam…
“Wa, bila nak menikah? Ummi teringin nak bermenantu,”
Soalan Ummi itu menggegar tangkai hati Wardah. Kenangan yang cuba diluputkannya bertahun-tahun dahulu kembali mengusik. Jauh di sudut hati, Wardah masih mengharapkan Hafiz yang entah ke mana itu. Dengan menarik nafas panjang, Wardah menyahut,
“Sesiapa sahaja yang Ummi carikan, dialah jodoh Wardah,”
Wardah merenung cincin perkahwinan di jarinya. Cantik! Sekali pandang Wardah tahu, suaminya pasti dari kalangan orang berada. Hatinya masih berdebar-debar. Sejak akad nikah tadi, dia masih belum melihat wajah suaminya. Walaupun Hafiz berada dalam hatinya, dia redha. Biarlah, pilihan Ummi pasti yang terbaik buatnya. Wardah memejam mata rapat-rapat, ditahan air matanya dari menitis. Dia ingin menjadi bintang timur buat suaminya. Biarlah dia seorang…
“Wardah Alia binti Syukri, sesungguhnya cinta itu lebih indah melalui sebuah ikatan mulia bernama perkahwinan…” Bisik suaminya, suara yang mendamaikan hatinya.
Wardah membuka matanya, dan menatap wajah penaung jiwanya kini… Hafiz Haikal…

Mencintaimu Dalam Diam...............



Cukup cintai dalam diam,
Bukan kerana membenci hadirnya,
Tetapi menjaga kesuciannya,
... Bukan kerana menghindari dunia,
Tetapi meraih syurga-NYA,
Bukan kerana lemah untuk menghadapinya,
Tetapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup.
Cukup cintai dari kejauhan
Kerana hadirmu tiada kan mampu menjauhkan dari ujian
Kerana hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan
Kerana mungkin membawa kelalaian hati-hati yang terjaga.
Cukup cintai dengan kesederhanaan
Memupuknya hanya akan menambah penderitaan
Menumbuhkan harapan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan.
Cintailah dengan keikhlasan
Kerana tentu kisah Fatimah dan Ali Bin Abi Talib diingini oleh hati
Tetapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi?
“... boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(Al Baqarah : 216 )
Jangan memberi harapan pada yang belum pasti,
Kelak ada insan yang bakal dilukai,
Jangan menaruh harapan pada yang belum tentu dimiliki,
Nanti hati yang kecewa sendiri.
Sebaliknya,
Gantunglah segenap pengharapanmu kepada Yang Maha Memberi,
nescaya dirimu tak sesekali dizalimi,
Kerana Dia mendengar pengharapanmu setiap kali & Dia menunaikannya dengan cara-Nya yang tersendiri.
Cukup cintai dalam diam dari kejauhan dengan kesederhaan & keikhlasan
Kerana tiada yang tahu rencana Tuhan
Mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan
Kerana hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikkan
Serahkan rasa itu pada Yang Memberi dan Memilikinya
Biarkan DIA yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.