Saturday, September 22, 2012

Hakikat Haji...dari sudut spiritual....






Haji itu wajib bagi setiap Muslim yang berakal sihat yang mampu melaksanakannya dan telah mencapai kedewasaan. Haji itu adalah memakai pakaian haji (ihram) pada tempat yang ditentukan, singgal di A’rafah, mengelilingi Ka’bah, dan berlari antara Shafa dan Marawah. Tidak diperbolehkan memasuki kawasan suci tanpa berpakaian ihram. Kawasan suci (haram) disebut demikian karena di situ terdapat Makam Ibrahim. Ibrahim as mempunyai dua makam: makam badannya, yakni, Mekkah dan makam ruhaninya, yakni, persahabatan (dengan Tuhan).

Barangsiapa mencari makam badaniahnya, dia harus menafikan semua hawa nafsu dan kesenangan, memakai pakaian ihram, mencegah dari perbuatan yang dihalalkan, mengendalikan sepenuhnya semua indra, hadir di Arafah dan dari sana menuju Muzdalifah dan Masy’ar Al-Haram, mengambil batu-batu dan mengelilingi Ka’bah, mengunjungi Mina dan tinggal di sana tiga hari, melemparkan batu-batu dengan cara yang sudah ditentukan, memotong rambutnya, melaksanakan kurban dan memakai pakaian biasa (sehari-hari).

Tetapi barang siapa mencari makam ruhaniahnya, harus menafikan pergaulan dengan sesamanya dan mengucapkan selamat tinggal kepada kesenangan-kesenangan, dan tidak berpikir lain selain tentang Tuhan. Kemudian dia harus singgah di “Arafatnya makrifat dan dari sana pergi ke Muzdalifahnya persahabatan, dan dari sini menyuruh hatinya untuk mengelilingi Ka’bahnya penyucian Ilahi, dan melemparkan batu-batu hawa nafsu dan pikiran-pikiran kotor di Mina keimanan, dan mengorbankan jiwa rendahnya di altar musyahadat dan sampai pada makam persahabatan. Memasuki makam badaniah berarti aman dari musuh-musuh dan pedang-pedang mereka, tetapi memasuki makam ruhaniah berarti aman dari keterpisahan (dari Tuhan) dan akibat-akibatnya.

Muhammad bin Al-Fadhl mengatakan, “Aku heran pada orang-orang yang mencari Ka’bah-Nya di dunia ini. Mengapa meraka tidak berupaya melakukan musyahadat tentang-NYa di dalam hati mereka? Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala mereka tinggalkan, tetapi musyahadat bisa mereka nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu (Ka’bah), yang dilihat hanya setahun sekali, sesungguhnya meraka lebih harus mengunjungi Ka’bah hati, di mana Dia bisa dilihat tiga ratus enam puluh kali sehari semalam. Tetapi setiap langkah mistikus adalah simbol perjalanan menuju Mekkah, dan bilamana ia mencapai tempat suci ia menerima jubah kehormatan, bagi setiap langkah.”

Dan Abu Yazid mengatakan, “Pada hajiku yang pertama aku hanya melihat Ka’bah, kedua kalinya, aku melihat Ka’bah dan Tuhannya Ka’bah, dan ketiga kalinya, aku hanya melihat Tuhan saja.” Pendeknya, tempat suci ada di mana musyahadat ada.
Karena itu, yang sebenarnya bernilai bukalah Ka’bah, melainkan kontemplasi (musyahadat) dan pelenyapan (fana’) di dalam istana persabatan, dan melihat Ka’bah merupakan sebab tidak langsung. Tetapi, kita harus tahu bahwa setiap sebab bergantung pada pencipta sebab-sebab, dari tempat tersembunyi mana pun kuasa ilahi tampak, dan dari mana pun keinginan si pencari bisa dipenuhi. Tujuan mistikus dengan melintas belantara dan padang pasir bukanlah tempat suci itu sendiri.
Tujuan mereka adalah mujahadat dalam suatu kerinduan yang membuat mereka tak bisa tenang, dan kelenyapan dalam cinta yang tak pernah berakhir. Seseorang datang kepada Junayd. Junayd bertanya kepadanya dari mana ia datang, Ia menjawab, ” Aku baru saja melakukan ibadah haji.”
“Dari saat engkau permata kali berjalan dari rumahmu, apakah engakau juga telah meninggalkan semua dosa?” tanya Junayd.
“Tidak,” jawab orang itu.
“Berarti,” kata Junayd, “engkau tidak mengadakan perjalanan. Di setiap tahap dimana engkau beristirahat di malam hari, apakah engkau telah melintas sebuah makam di jalan menuju Allah?”

“Tidak”.
“Berarti engkau tidak menempuh perjalanan tahap demi tahap. Ketika engkau mengenakan pakaian ihram di tempat yang ditentukan, apakah engkau membuang sifat-sifat manusiawi sebagaimana engkau melepaskan pakaian-pakaian sehari-harimu?”
“Tidak.”
“Berarti engkau tidak mengenakan pakaian haji. Ketika engkau singgah di Arafah, apakah telah singgah barang sebentar dalam musyahadat kepada Tuhan?”
“Tidak.”
“Berarti engkau tidak singgah di Arafat. Ketika engkau pergi ke Muzdalifah dan mencapai keinginanmu, apakah engkau sudah meniadakan semua hawa nafsu?”
“Tidak.”
“Berarti engkau tidak pergi ke Muzdalifah. Ketika engkau mengelilingi Ka’bah, apakah engkau sudah memandang keindahan non material Tuhan di tempat suci?”
“Tidak”
“Berarti engaku tidak mengelilingi Ka’bah. Ketika engkau lari antar Shafa dan Marwah, apakah engkau telah mencapai peringkat kesucian dan kebajikan?”
“Tidak.”
“Berarti engakau tidak lari. Ketika engkau datang ke Mina, apakah semua keinginanmu sirna?”
“Tidak.”
“Berarti engkau belum mengunjungi Mina. Ketika engkau sampai di tempat penyembelihan dan melakukan kurban, apakah engkau telah mengurbankan segala hawa nafsu?”
“Tidak.”
“Berarti engkau tidak berkurban. Ketika engkau melemparkan batu-batu, apakah engkau telah melemparkan pikiran-pikiran hawa nafsu yang menyertaimu?”
“Tidak.”
“Berarti engkau belum melemparkan batu-batu, dan engkau belum melaksanakan ibadah haji. Kembalilah dan lakukan ibadah haji seperti yang telah kugambarkan supaya engkau bisa sampai pada makam ibrahim.”
Selanjutnya, haji ada dua macam :
1. dalam ketidakhadiran (dari Tuhan) dan
2. dalam kehadiran (bersama Tuhan).

Sesesorang yang tidak hadir dari Tuhan di Mekkah, maka ia dalam kedudukan yang seolah-olah ia tidak hadir dari Tuhan di rumahnya sendiri, dan seseorang yang hadir bersama Tuhan di rumahnya sendiri, maka ia berada dalam kedudukan yang seolah-olah ia hadir bersama Tuhan di Mekkah.


Mengecilkan Hati Orang Lain Adalah Berdosa....




“Mengecilkan hati orang adalah berdosa, berkecil hati juga adalah berdosa. Tetapi lebih besar dosanya jika kita berkecil hati”

... I’m so confused...
Kenapa orang kecilkan hati kita, kita pulak yang berdosa?
Then I asked my dad what’s that mean.
Ayah: Jika seseorang hina kita, dia berdosa. Jika kita terasa hati dgn penghinaan dia, kita juga berdosa. Tetapi dosa kita lebih besar dari dosa dia.
Anak: Uiikk... Tapi kenapa pulak? Kita tak buat apa-apa pun?

Ayah: Kerana orang yang menghina kita itu adalah peringatan daripada Allah.

Anak: *blur

Ayah: Kenapa kita dihina oleh orang tu? Kerana itu adalah ujian dari Allah. Kenapa Allah hadiahkan kita ujian itu? Kerana DIA nak mengingatkan diri kita yang dah leka dengan dunia. Bila kita berkecil hati dengan orang tersebut, bermakna kita tak redha dengan ujian yang Allah turunkan. Kesimpulannya, kita bukan kecil hati dengan orang, tapi kecil hati dengan Allah.

Anak: Ooooooo... Ook...
Ayah: Lagi parah bila kita pun cerita pada kawan-kawan kita. “Dia dah banyak buat aku macam ni, macam tu…” dan sebagainya. Dan kawan-kawan kita pula akan cerita pada kawan-kawan lain. “Kesian kawan kita tu.. budak tu dah banyak sakitkan hati dia…” jadi keredhaan kita terhadap ujian Allah itu akan lesap.
Anak: *termakan cili

So, the conclusion is... Jangan mudah terasa hati...
Maknanya kita tak redha dengan Allah...
Nanti Allah pun tak redha dengan kita... Na’uzubillah.
P/s: "Sebenarnya, setiap kali orang memuji kamu... Seharusnya kamu rasa malu. Ucaplah astaghfirullah al-azim kerana orang memuji kamu disebabkan Allah S.W.T telah menutup aib dan kelemahan kamu."

Thursday, September 6, 2012

Kaum Adam Suka Melihat Fizikal Wanita.....





Malam pasangannya siang,
Jaga pasangannya tidur,
Rajin pasangannya malas,
Dan lelaki pasangannya perempuan.

Kerana perempuan adalah
pasangan kepada lelaki,
maka Allah telah menciptakan bentuk badan wanita
itu dapat memikat hati lelaki.

Bila berkata tentang terpikat,
maka ia ada hubung kait dengan nafsu.
Jika ia ada hubungkait dengan nafsu,
ianya ada hubungan pula dengan bisikan syaitan.

Jadi untuk mengawal nafsu, mestilah dikawal dengan iman.
Untuk mendapatkan iman mesti menurut perintah
Allah dan RasulNya dan menjauhi laranganNya.

Pada mata lelaki, perempuan ini adalah simbol.
Simbol apa, semua orang tahu.
Orang lelaki mempunyai imaginasi yang nakal jika
tidak dikawal dengan iman.
Maka mata lelaki ini selalu menjalar
apabila terlihat seorang perempuan.

Setiap bentuk badan seorang
perempuan boleh dihayati oleh seorang lelaki
dengan berbagai-bagai tafsiran nakal nafsu.
Apabila seorang lelaki terlihat seorang
perempuan, maka perkara pertama yang akan
dilihatnya ialah rambut wanita berkenaan.
Maka akan ditafsirlah berbagai2 cara oleh
seorang lelaki akan rambut wanita berkenaan.

Oleh kerana itulah wanita wajib menutup rambutnya.
Apabila rambut wanita itu telah ditutup, maka
mata lelaki itu akan turun ke bawah melihat
bentuk lehernya,

maka wajiblah wanita itu menutup lehernya.
Maka mata lelaki itu akan turun lagi
melihat bentuk payu daranya,
maka wanita itu berkewajipanlah menutup bentuk
payu daranya dengan melabuhkan tudungnya.


Setelah itu mata lelaki akan
turun lagi melihat
bentuk ramping pinggangnya,
maka labuhkanlah pakaian supaya tidak ternampak
bentuk pinggangnya,
maka mata lelaki itu akan melihat pula akan
bentuk punggungnya,

maka wajiblah wanita itu membesarkan pakaiannya
agar bentuk punggung tidak kelihatan, dan
lelaki itu akan pula melihat bentuk pehanya,
maka janganlah sesekali wanita itu memakai kain
yang agak ketat sehingga terlihat bentuk
pehanya walau sedikit,
maka akan dilihat lagi oleh lelaki itu akan
bentuk kakinya pula,

maka janganlah wanita itu berseluar, kerana
terus-terang pihak lelaki bercakap, walau
muslimah itu bertudung labuh, berbaju labuh,
jika beliau memakai seluar,walau nampak besar
sedikit, nafsu kami lelaki akan terusik secara
sepontan, entah tak tahu Kenapa?

Mata lelaki ini nakal, setelah tidak ternampak
akan bentuk kakinya,
maka akan dilihatlah pula akan mata lelaki itu kepada kakinya,
maka wajiblah wanita itu untuk menolong lelaki
itu tidak berdosa, menutup kakinya dengan
melabuhkan kain, atau memakai stokinyg warnanya
jangan sesekali berwarna kulit perempuan,

maka mata lelaki ini akan kembali ke atas,
akan melihat pula bentuk tangan wanita itu,
maka tolonglah wahai muslimah, agar melabuhkan
tudung menutupi bentuk tangannya yang indah pada pandangan lelaki.


Maka wahai lelaki,
janganlah pula kamu melihat mukanya,
kerana ia akan menimbulkan fitnah, kecuali jika
kamu wahai lelaki, ingin meminangnya.
Jika wanita itu cukup soleh, takut mukanya yang
cantik akan menimbulkan fitnah,
maka berpurdahlah kamu,
jika itu lebih baik untuk kamu.

Tetapi mata lelaki ini ada satu lagi jenis
penyakit,iaitu mata
lelaki itu akan tertangkap dengan sepontan jika
ia terlihat warna yang menyerlah atau terang
jika ianya berada pada perempuan.

Maka oleh itu wahai perempuan, tolonglah jangan
memakai pakaian yang warnanya terang-terangan sangat.
Jika hendak pakai pun, pakailah untuk suami.
Itulah wahai muslimah, jika anda semua ingin tahu
apakah dia mata lelaki itu, dan perlu
diingatkan, jika semua aurat telah ditutup,

jangan anggap tugas kita telah selesai, perlulah
pula kita menjaga kehormatan diri masing2,
jangan keluar seorang2,keluarlah dengan
mahram, atau keluarlah sekurang2nya 3 wanita agar
tidak diganggu gangguan luar, mata lelaki pula
janganlah menjalar langsung kepada muslimah,
walau muslimah itu telah menutup aurat,
insyaAllah selamat dunia akhirat.

Seperti firman Allah,"Dan tundukkanlah pandanganmu
dan jagalah kemaluanmu".
Dunia sekarang telah banyak yang cacat celanya,
sehingga ketaraf seseorang yang memakai tudung
masih beliau tidak menutup aurat, dan pada kaum
lelaki, mata kamu itu wajib untuk tidak
mencuri2 melihat wanita muslimah, kerana ia
dilarangi oleh Allah SWT.

Ingat-ingatkanlah wahai muslimin muslimat.
Sekilau-kilau berlian paling menarik untuk dicuri.
Seindah-indah ciptaan adalah yang paling sukar untuk dijaga.
Sesuatu yang berharga dan bernilai perlu dijaga dengan baik.
Semakin dibuka semakin kurang nilai harganya..
Bajailah ia dengan iman dan takwa semoga membuahkan hasil yang sungguh bernilai.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (٣٠)

30. Katakanlah (Wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki Yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; Sesungguhnya Allah amat mendalam pengetahuannya tentang apa Yang mereka kerjakan.

(Surah An Nur : Ayat 30)

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

31. Dan Katakanlah kepada perempuan-perempuan Yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali Yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya Dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang lelaki,

atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki Yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak Yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa Yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Wahai orang-orang Yang beriman, supaya kamu berjaya.

(Surah An Nur : Ayat 31)

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٥٩)

59. Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan Yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara Yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan Yang baik-baik) maka Dengan itu mereka tidak diganggu. dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

(Surah AL Ahzab : Ayat 59)

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (٢٦)

26. Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian Yang berupa taqwa itulah Yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur).