"Kita selalu mengucapkan cinta kepada ALLAH. Tetapi pernah tak kita terfikir, adakah ALLAH juga cinta kepada kita?"kata-kata suami di suatu petang, cukup menyentak jiwa ini.
Kuat!
Saya terdiam tidak membalas. Merenung-renung kebenaran dari bicaranya. Bukan tidak pernah terfikir, cuma selalu terlupa.
Berapa ramai manusia yang mengharap dirinya jatuh cinta, lalu setelah merasakan dirinya dicintai, membalas pula huluran kasih itu dengan cinta yang serupa. Maka jadilah mereka dua insan bercinta, saling kasih mengasihi.
Alangkah indahnya kala cinta bersemi, lebih indah bila kasih yang diberi berbalas cinta sejati.
Sebaliknya, bila cinta tidak dihirau, kasih dipandang sepi, bagai bertepuk sebelah tangan, kesakitan yang menjalar dari itu umpama menghulur sebungkus hadiah, tetapi akhirnya ia ‘mendarat’ di tempat sampah.
Sungguh pedih dan menyakitkan perasaan!
CINTA ALLAH
Namun, itu adalah tamsilan cinta sesama manusia. Tentu sahaja interpretasinya tidak sama dan sangat jauh berbeza dengan cinta kepada ALLAH Yang Maha Mencipta.
Kerana, cinta ILAHI bukan sebagaimana cinta Romeo terhadap Juliet, yang berpenghujung dengan kematiannya.
Cinta ILAHI bukan laksana cinta penuh rindu dendam dari Qais kepada Laila, sehingga hidupnya berpanjangan derita siang dan malam.
Juga, cinta ILAHI bukan umpama luahan cinta seorang jejaka kepada gadis yang diidam-idamkannya, sehingga ketika penolakan yang diterima, maka mengalirlah airmata dan hancurlah jiwa.
Sesungguhnya ALLAH SWT itu Maha Kaya. Maha suci DIA dari segala kekurangan cinta yang ada pada cinta manusia.
Andai cinta manusia banyak berakhir dengan kehancuran, rindu sesama mereka berisi kedukaan dan penderitaan, kasih yang diharapkan hanya berbalas curahan airmata dan menghancurkan jiwa, maka cinta ALLAH adalah sebalik dari semua itu.
Cinta ALLAH pasti berakhir dengan kebahagiaan.
Menyintai dan merindui-NYA berisi ketenangan dan kedamaian.
Rasa kasih kepada-NYA, walau masih mengalirkan airmata tetapi ia menghidupkan jiwa seumpama air hujan menyirami pepohonan.
Akan tetapi, berapa ramaikah yang mengambil berat akan ungkapan cinta kepada-NYA beriring rasa khuatir dan bimbang, akan berbalaskah lontaran cinta mereka kepada-NYA?
Kuat!
Saya terdiam tidak membalas. Merenung-renung kebenaran dari bicaranya. Bukan tidak pernah terfikir, cuma selalu terlupa.
Berapa ramai manusia yang mengharap dirinya jatuh cinta, lalu setelah merasakan dirinya dicintai, membalas pula huluran kasih itu dengan cinta yang serupa. Maka jadilah mereka dua insan bercinta, saling kasih mengasihi.
Alangkah indahnya kala cinta bersemi, lebih indah bila kasih yang diberi berbalas cinta sejati.
Sebaliknya, bila cinta tidak dihirau, kasih dipandang sepi, bagai bertepuk sebelah tangan, kesakitan yang menjalar dari itu umpama menghulur sebungkus hadiah, tetapi akhirnya ia ‘mendarat’ di tempat sampah.
Sungguh pedih dan menyakitkan perasaan!
CINTA ALLAH
Namun, itu adalah tamsilan cinta sesama manusia. Tentu sahaja interpretasinya tidak sama dan sangat jauh berbeza dengan cinta kepada ALLAH Yang Maha Mencipta.
Kerana, cinta ILAHI bukan sebagaimana cinta Romeo terhadap Juliet, yang berpenghujung dengan kematiannya.
Cinta ILAHI bukan laksana cinta penuh rindu dendam dari Qais kepada Laila, sehingga hidupnya berpanjangan derita siang dan malam.
Juga, cinta ILAHI bukan umpama luahan cinta seorang jejaka kepada gadis yang diidam-idamkannya, sehingga ketika penolakan yang diterima, maka mengalirlah airmata dan hancurlah jiwa.
Sesungguhnya ALLAH SWT itu Maha Kaya. Maha suci DIA dari segala kekurangan cinta yang ada pada cinta manusia.
Andai cinta manusia banyak berakhir dengan kehancuran, rindu sesama mereka berisi kedukaan dan penderitaan, kasih yang diharapkan hanya berbalas curahan airmata dan menghancurkan jiwa, maka cinta ALLAH adalah sebalik dari semua itu.
Cinta ALLAH pasti berakhir dengan kebahagiaan.
Menyintai dan merindui-NYA berisi ketenangan dan kedamaian.
Rasa kasih kepada-NYA, walau masih mengalirkan airmata tetapi ia menghidupkan jiwa seumpama air hujan menyirami pepohonan.
Akan tetapi, berapa ramaikah yang mengambil berat akan ungkapan cinta kepada-NYA beriring rasa khuatir dan bimbang, akan berbalaskah lontaran cinta mereka kepada-NYA?
No comments:
Post a Comment